Mendengar kata survei, sering dikonotasikan dengan penelitian, pengamatan dan pengumpulan data terhadap fakta yang sedang terjadi pada suatu wilayah. Sebuah riset, misalnya merupakan survei yang besar, lama dan luas jangkauannya. Untuk survei  mini, riset kecil-kecilan bisa dilakukan juga dalam tatanan pelayanan puskesmas, misalnya dengan menganalisa data-data program melalui mekanisme pemantauan wilayah setempat (PWS). Serupa dengan PWS, sebuah surveilens merupakan kegiatan pelacakan kasus secara terus menerus dan terpadu khususnya masalah pencegahan penyakit menular. Bagaimana menerapkan surveilens terpadu puskesmas tersebut, pada prinsipnya tergantung dari 3 (tiga) hal pokok yang mendasari, mengapa surveilens perlu dilakukan di wilayah kerja puskesmas.
1. Menelaah Kapan Terjadinya Penyakit
  • Kapan suatu penyakit berpotensi menular (jam, hari, minggu, bulan, tahun kejadian penyakit)
2. Menelusuri Dimana Terjadinya Penyakit
  • Dimana tempat kejadian penyakti berlangsung menurut peta wilayah kerja puskesmas
3. Meneliti Siapa yang Mengalami Kejadian Sakit
  • Siapa orangnya yang terjangkit penyakit (umur, status, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Melihat keutamaan surveilens terpadu untuk mengantisipasi merebaknya penyakit menular, seperti DBD, malaria, diare, ISPA, rabies, flu burung, maka penerapannya perlu diaktifkan di puskesmas. Petugas surveilens puskesmas, sesuai tupoksinya memiliki kewajiban mengoptimalkan peran tersebut. Pengalaman saya dalam memotivasi petugas surveilens, memang mengalami tantangan berat, sesuai dengan karakter petugas, keadaan geografis maupun demografis di wilayah kerja puskesmas. Bagaimana dengan pengalaman para sejawat dan sahabat dalam memotivasi surveilens terpadu puskesmas?